Budi daya pembenihan ikan konsumsi adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan cara menanam benih konsumsi. Budi daya pembenihan ikan konsumsi juga diartikan sebagai usaha pemeliharaan dan pengembangbiakan ikan konsumsi yang dapat membawa keuntungan.
2. Jenis produk hasil budi daya pembenihan ikan konsumsi
- Ikan konsumsi yang berasal dari laut adalah ikan baronang, ikan ekor kuning, ikan kakap, ikan kambing-kambing, ikan kerapu, ikan marlin/layaran, ikan pari, ikan tenggiri, ikan teri, dan ikan tongkol.
- Ikan konsumsi air tawar yang biasanya diminati oleh konsumen adalah ikan baung, ikan bawal, ikan mujair, ikan belut, ikan gabus, ikan gurami, ikan lele, ikan mas, ikan nila, ikan nilem, ikan patin, ikan sepat, dan ikan tawes.
- Bidang usaha perikanan tangkap
- Bidang usaha budi daya atau akuakultur
- Bidang usaha perikanan pengolahan
Untuk membuat wadah budidaya ikan konsumsi diperlukan desain dan konstruksi wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Wadah budidaya ikan sendiri terdiri dari kolam, bak, akuarium dan keramba atau jaring apung. Desain merupakan perencanaan dalam pembuatan wadah budidaya ikan. Sedangkan konstruksi adalah susunan (model, tata letak) wadah yang akan dibuat. Wadah tersebut tentunya memiliki desain dan konstruksi sesuai dengan tujuan pembuatan wadah budidaya ikan.
Dalam merencanakan pembuatan wadah dan peralatan budidaya ikan pengusaha
perlu melakukan persiapan sebaik mungkin agar produk yang dihasilkan
mempunyai manfaat dan berdaya saing tinggi. Sebelum pembuatan wadah,
sebaiknya dilakukan pembuatan disain dari wadah tersebut. Disain yang
akan dibuat disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Disain akan
mempermudah pembuatan wadah yang sebenarnya, sehingga kerugian akibat
kegagalan proses pembuatan dapat dihindari.
Wadah budidaya ikan konsumsi yang dibuat nantinya dapat berguna untuk proses budidaya ikan tersebut. Wadah tersebut dapat berfungsi sebagai tempat pematangan gonad, tempat pemijahan, tempat penetasan telur, tempat endederan, tempat pembesaran, tempat pemberokan, tempat karantina (ikan sakit / ikan baru), dan pengelolaan kualitas Air (filter, pengendapan, pengolah limbah, ozonisasi).
Wadah budidaya ikan konsumsi yang dibuat nantinya dapat berguna untuk proses budidaya ikan tersebut. Wadah tersebut dapat berfungsi sebagai tempat pematangan gonad, tempat pemijahan, tempat penetasan telur, tempat endederan, tempat pembesaran, tempat pemberokan, tempat karantina (ikan sakit / ikan baru), dan pengelolaan kualitas Air (filter, pengendapan, pengolah limbah, ozonisasi).
a. Desain dan kontruksi kolam
Desain kolam bisa berbentuk persegi, persegi panjang, lingkaran,
trapesium, segitiga bahkan bentuk tidak beraturan. Hal tersebut
disesuikan dengan kondisi lahan dan lokasi. Bentuk kolam yang umum
digunakan adalah persegi dan persegi panjang.
Perlu diperhatikan tentang persyaratan teknis kontruksi kolam. Kolam
yang akan digunakan sebaiknnya mempunyai pematang kolam, dasar kolam dan
pintu air.
- Pematang kolam dibuat untuk menahan massa air di dalam kolam agar tidak keluar. Tanah yang cocok untuk membuat pematang adalah tanah liat. Tanah liat memiliki sifat lengket, tidak poros, tidak mudah pecah dan mampu menahan air. Ukuran pematang disesuaikan dengan ukuran kolam. Jenis tanah untuk pematang harus kompak dan kedap air agar pematang tidak mudah bocor.
- Dasar kolam dibuat miring menuju saluran pembuangan air.
- Saluran air dibuat keliling (ceren) dan tegah (kamalir). Saluran air ini dibuat miring kearah saluran pembuangan air untuk memudahkan pengeringan kolam dan pemanenan ikan.
- Pintu air pada kolam terdiri dari pintu masuk dan keluar yang terpisah. Letak pintu pemasukkan dan pengeluaran air sebaiknya berada di tengah-tengah sisi kolam terpendek agar air dalam kolam dapat berganti seluruhnya.
Pada wadah sistem tradisioanal/ekstensif, kolam yang digunakan adalah
kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagiannya terbuat dari
tanah. Tanah liat / lempung yang sedikit berpasir, mudah dibentuk, tidak
mudah pecah, tidak melekat ditangan apabila dibentuk sesuatu, cocok
untuk pembuatan kolam. Pembuatan kolam dengan bahan tanah memiliki
keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.
- Kelebihan yaitu biaya relatif murah, dapat membantu penyediaan pakan alami (plankton) , perombakan sisa pakan dan metabolisme bisa terjadi secara alami
- Kekuranganyaitu rentan terhadap kebocoran akibat hewan perusak (ex: kepiting), serta akibat tekanan air dari dalam dan luar kolam, terutama apabila hujan deras, sulit untuk mengontrol hewan predator, dan sulit mengontrol debit air yang masuk
- Kelebihan yaitu tahan terhadap kebocoran akibat hewan, tahan terhadap tekanan air kolam, memudahkan dalam pengontrolan air dan hewan pengganggu, dan kualitas air bisa dikontrol lebih cermat
- Kekurangan yaitu biaya lebih mahal jika dibandingkan dengan sistem tradisional, penyediaan pakan alami pada kolam tembok lebih sedikit, dan proses penguraian alami sulit terjadi
b. Desain dan kontruksi bak
Desain dan kontruksi bak pada dasarnya hampir sama dengan kolam. Desain
dan kontruksi bak terpal/ plastik banyak digunakan dalam kegiatan
budidaya ikan konsumsi. Hal ini dilakukan untuk menyiasati lahan yang
terbatas dan kemudahan dalam proses pemeliharaan ikan konsumsi. Desain
dan kontruksi bak terpal/plastik disesuaikan dengan beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
- Jenis ikan konsumsi yang akan dibudidayakan
- Tahapan budidaya pembenihan atau pembesaran.
- Keseimbangan antara volume air dan penyanggabak harus kuat.
- Dasar peletakan untuk bak terpal/plastik harus rata agar tidak mudah bocor. Hal ini bisa dilakukan dengan meratakan tanah terlebih dahulu kemudian diberikan sekam.
- Ukuran bak disesuikan dengan ketersedian lahan
- Distribusi air dan pengeluaran limbah produksi
- Adanya jalur panen dan akses pengelolaan ikan
c. Desain dan kontruksi akuarium
Bentuk akuarium yang biasa digunakan adalah bentuk segi empat,
trapezium, segi enam, segi delapan, elips dan botol. Setelah mengetahui
bentuknya hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran ketebalan kaca
berkisar antara 3 mm – 16 mm. Ukuran ketebalan kaca untuk dasar akuarium
sebaiknya ditambah 1-2 mm. Semakin besar ukuran akuarium maka semakin
tebal ukuran kaca. Perbandingan antar ukuran akuarium dengan ketebalan
kaca antara lain sebagai berikut.
Tebal Kaca (mm) | Panjang Akuarium (cm) | Lebar Akuarium (cm) | Tinggi Akuarium (cm) |
3 | 30 | 20 | 20 |
3 | 40 | 20 | 30 |
3 | 50 | 30 | 30 |
5 | 70 | 35 | 35 |
5 | 80 | 40 | 40 |
6 | 90 | 45 | 45 |
6 | 120 | 50 | 50 |
10 | 150 | 45 | 50 |
10 | 150 | 45 | 60 |
10 | 180 | 45 | 60 |
12 | 190 | 50 | 60 |
16 | 200 | 70 | 65 |
d. Desain dan kontruksi jaring apung/ keramba jaring apung
Konstruksi wadah jaring apung terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan
kantong jaring. Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong
jaring dan tempat lalu lalang orang memberi pakan dan panen. Kantong
jaring apung merupakan tempat pemeliharaan ikan.
![]() |
jaring apung |
Jaring apung secara sederhana bisa dibuat dari bambu. Keramba jenis ini
biasa digunakan di aliran air sungai atau selokan dengan arus air yang
cukup besar. Perlu memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan
benar agar diperoleh wadah budidaya yang mempunyai masa pakai yang lama.
Persyaratan teknis yang harus diperhatikan adalah:
- Arus air, diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada supaya terjadi pergantian air dan oksigen dengan baik, serta dapat menghayutkan sisa makanan dan kotoran. Tingkat kesuburan, jenis perairan yang baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jarring apung adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang. Tingkat kesuburan tinggi berpengaruh buruk terhadap ikan karena kandungan oksigen pada malam hari relatif rendah.
- Bebas dari pencemaran, adanya penambahan benda/materi ke dalam perairan dapat menimbulkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi fungsinya.
- Kualitas air, perairan yang dipilih harus memiliki kualitas air yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan ikan
- Kontruksi keramba jaring apung terdiri dari kerangka, pelampung, pengikat, jangkar, kantong jaring, pemberat, tali nilon dan tambang.
5. Proses budi daya pembenihan ikan lele
Terdapat dua segmen usaha dalam budidaya ikan lele, yakni usaha pembesaran dan usaha pembenihan. Para peternak pembesaran biasanya tidak membenihkan sendiri. Lebih praktis bagi mereka untuk membeli benih dari peternak benih. Karena usaha pembenihan ikan lele memerlukan tingkat keterampilan dan ketelitian yang lebih tinggi.
Cara pemeliharaan dan perlakuan budidaya pembesaran berbeda dengan budidaya pembenihan. Akan lebih baik apabila peternak fokus terhadap salah satu segmen usaha tersebut. Setelah sebelumnya kami membahas segmen pembesaran ikan lele, kali ini kami akan membahas cara pembenihan ikan lele. Untuk mengetahui lebih jauh silahkan simak terus artikel ini.
Seleksi indukan ikan lele
Memilih indukan untuk pembenihan ikan lele hendaknya dimulai sejak
calon indukan masih berukuran sekitar 5-10 cm. Pilih ikan lele yang
mempunyai sifat-sifat unggul seperti tidak cacat, memiliki bentuk tubuh
yang baik, gerakannya lincah, pertumbuhannya paling cepat dibanding
lainnya. Kemudian pelihara calon-calon indukan unggul tersebut dalam
kolam pemeliharaan tersendiri. Pemeliharaan calon indukan akan lebih
baik bila diperlakukan lebih istimewa, dengan memberikan pakan
berkualitas dan pengairan yang bagus.
Penyeleksian terhadap calon indukan untuk pembenihan ikan lele
dilakukan setiap 2 minggu sekali. Jangan lupa pisahkan berdasarkan
ukuran agar tidak saling kanibal. Lakukan secara berkala sampai
mendapatkan indukan yang benar-benar baik. Ikan lele jantan bisa
dijadikan indukan setelah berumur 8 bulan, sedangkan untuk lele betina
setidaknya berumur satu tahun. Bobot indukan yang baik setidaknya
mencapai 0,5 kg.
Setelah calon-calon indukan cukup umur dan ukuran, pilih
indukan-indukan yang terlihat bugar, bebas penyakit dan bentuk tubuh
yang bagus untuk proses pemijahan. Indukan yang akan dipijahkan
sebaiknya dipelihara dalam kolam khusus. Pisahkan antara jantan dan
betina agar tidak terjadi pembuahan diluar rencana.
Kolam khusus berfungsi untuk memelihara calon induk sampai siap
matang gonad. Berikan pakan dengan mutu baik untuk mempercepat
kematangan gonad. Jumlah pakan yang harus diberikan pada calon induk
setidaknya 3-5% dari bobot tubuhnya setiap hari dan diberikan dengan
frekuensi 3-5 kali sehari. Kepadatan kolam untuk pemeliharan indukan ini
tidak boleh lebih dari 6 ekor per m2. Dari kolam ini indukan lele yang memenuhi kriteria matang gonad, diambil untuk dipijahkan.
Indukan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Bagian perut membesar ke arah anus, apabila diraba tersa lembek
- Apabila diurut akan keluar telur berwarna hijau tua
- Alat kelamin berwarna kemerahan dan terlihat membengkak
- Warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan
- Gerakannya lambat
Sedangkan untuk indukan jantan untuk pembenihan ikan lele hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Tubuhnya ramping
- Alat kelaminnya memerah
- Warna tubuh akan terlihat coklat kemerahan
- Gerakannya lincah
Teknik pemijahan ikan lele
Pemijahan atau mengawinkan ikan untuk pembenihan ikan lele bisa
dilakukan dengan berbagai metode, baik yang alami atau intensif.
Pemijahan alami yaitu perkawinan yang tidak memerlukan campur tangan
manusia dalam proses pembuahan sel telur dengan sperma. Sedangkan
pemijahan intensif merupakan proses perkawinan yang memerlukan
intervensi manusia dalam proses pembuahannya. Terdapat beberapa cara
populer yang biasa dipakai untuk memijahkan ikan lele secara intensif,
yaitu:
- Penyuntikan hipofisa
- Penyuntikan hormon buatan
- Pembuahan in vitro (dalam tabung)
Pemeliharaan larva
Dari proses pemijahan akan dihasilkan larva ikan yang harus
dibesarkan dalam tahap pembenihan ikan lele selanjutnya. Pisahkan larva
dari induknya. Kualitas air kolam untuk pemeliharaan larva harus
terjaga. Usahakan ada aerasi dengan aerotor untuk menyuplai oksigen.
Suhu kolam harus dipertahankan pada kisaran 28-29oC. Pada suhu dibawah 25oC, biasanya akan terbentuk bintik putih pada larva yang menyebabkan kematian massal.
Apabila terjadi perubahan suhu, usahakan tidak terjadi secara
ekstrim. Perubahan suhu kolam sebaiknya tidak berfluktuasi lebih dari 1oC. Banyak larva yang tidak mentolerir suhu yang berubah-ubah.
Hal penting lainnya adalah menjaga kebersihan kolam. Bersihkan kolam
dari kotoroan dan sisa pakan dengan spons. Kotoran dan sisa pakan bisa
menimbulkan gas amonia yang bisa memicu kematian larva.
Larva masih membawa persediaan makanan dalam dirinya, jadi tidak
perlu diberi pakan hingga 3-4 hari. Setelah persediaan makanannya habis,
larva harus segera diberi pakan. Pakan bisa berupa kuning telur yang
telah direbus. Ambil bagian kuningnya, lumat hingga halus dan campurkan
dengan 1 liter air bersih. Larutan tersebut cukup untuk 100.000 ekor
larva.
Setelah larva berumur satu minggu, berikan pakan berpa cacing sutera (Tubifex sp.).
Cacing ini bernilai gizi tinggi dan disukai benih ikan yang baru
tumbuh. Pakan berupa cacing ini meringankan perawatan, karena bisa hidup
dalam air dan tidak mengotori kolam. Sehingga meminimalkan resiko
keracunan akibat sisa pakan yang membusuk.
Cacing sutera diberikan hingga larva berumur 3 minggu atau berukuran
1-2 cm. Setelah itu, larva bisa dikatakan telah menjadi benih ikan dan
siap diberi pelet yang berbentuk tepung.
Pendederan benih
Pendederan adalah suatu tahapan untuk melepas benih ikan ke tempat
pembesaran sementara. Proses pendederan merupakan salah satu tahapan
penting dalam pembenihan ikan lele. Tempat pendederan biasanya berupa
kolam kecil dengan pengaturan lingkungan yang ketat. Tahapan ini
diperlukan karena benih ikan masih rentan terhadap serangan hama,
penyakit dan perubahan lingkungan yang ekstrem. Benih ikan didederkan
hingga siap untuk ditebar di kolam budidaya yang lebih luas.
a. Menyiapkan kolam pendederan
Kolam pendederan untuk pembenihan ikan lele bisa berupa kolam tanah,
kolam semen atau kolam dari terpal. Tidak ada patokan luasan yang
disarankan untuk kolam pendederan. Namun lebih baik tidak terlalu luas,
sehingga lebih mudah dikontrol, misalnya ukuran 2×3 atau 3×4 m dengan
kedalaman kolam 0,75-1 meter. Kolam tersebut juga harus memungkinkan di
pasangi peneduh seperti paranet, untuk menghindari kematian benih karena
terik matahari di musim kemarau.
Dalam menyiapkan kolam pendederan, perhatikan dengan seksama saluran
masuk dan keluar pintu air. Gunakan jaring yang halus agar benih tidak
bisa melintas saluran air dan tidak ada hama dari luar yang terbawa
masuk ke kolam. Lakukan pengeringan kolam sebelum digunakan. Lebih baik
apabila kolam dijemur untuk menghilangkan bibit penyakit yang mungkin
tersisa dari aktivitas sebelumnya. Khusus untuk jenis kolam tanah yang
akan digunakan untuk pembenihan ikan lele, lakukan pengolahan tanah dan
pemupukan dasar kolam.
Pengisian air kolam untuk pembenihan ikan lele, hendaknya dilakukan
secara bertahap. Pada tahap awal isi kolam dengan kedalaman 20-30 cm.
Hal ini mengingat benih ikan masih sangat kecil, apabila kolam terlampau
dalam benih tersebut akan kesulitan untuk berenang ke atas dan
mengambil oksigen dari udara. Setelah benih membesar tambahkan kedalaman
kolam secara bertahap, sesuaikan dengan ukuran benih ikan.
b. Pelepasan benih
Benih ikan lele sudah bisa dipindahkan ke kolam pendederan setelah
berumur 3 minggu dihitung sejak menetas di tempat pemijahan. Atau,
kira-kira berukuran panjang 1-2 cm. Kepadatan tebar benih lele berkisar
300-600 ekor per m2.
Benih ikan yang masih kecil sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan yang ekstrim. Oleh karena itu, memindahkan benih ikan ke
kolam pendederan perlu kehati-hatian. Caranya, Gunakan wadah atau ember
plastik, kemudian isi dengan dari kolam asal hingga penuh. Ambil benih
ikan gunakan jaring yang halus, lalu masukkan ke dalam wadah tadi.
Setelah wadah terisi penuh, angkat dan pindahkan wadah tersebut ke
kolam pendederan. Kemudian miringkan, sehingga air dalam wadah menyatu
dengan air kolam pendederan. Diamkan sejenak dan biarkan benih ikan
berenang keluar dengan sendirinya dari dalam wadah.
c. Pemberian pakan pembenihan ikan lele
Ketika benih masih berukuran 1-2 cm, gunakan tepung pelet yang
memiliki kadar protein lebih dari 40 persen, karena pada umur tersebut
benih lele membutuhkan banyak protein untuk perkembangan. Jenis pakan
yang diberikan bisa berupa pelet jenis PSC atau pakan udang DO-A.
Pemberian pakan jenis ini harus teliti, karena pakan akan tenggelam dan
menumpuk di dasar kolam. Penumpukan sisa pakan akan membentuk amonia
yang berbahaya bagi benih ikan. Selanjutnya benih ikan bisa dipindahkan
ke kolam pendederan benih.
Apabila ikan sudah mencapai ukuran 2-3 cm berikan pakan F999 atau
PF1000, atau jenis pelet yang berbentuk butiran kecil. Berikan pakan ini
setidaknya hingga benih berukuran 4-6 cm. Pada prinsipnya, ukuran pakan
harus disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan.
Pakan diberikan dengan frekuensi 4-5 kali sehari. Waktu pemberian
pakan bisa dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Karena ikan
lele jenis binatang nokturnal atau aktif dimalam hari, hendaknya porsi
pemberian makan pada malam hari lebih besar. Lamanya proses pendederan
berkisar 5-6 minggu atau hingga benih ikan lele berukuran 5-7 cm.
Panen pembenihan ikan lele
Pembenihan ikan lele memakan waktu 8-9 minggu sejak benih menetas.
Ukuran benih lele siap panen berkisar 5-7 cm. Cara pemanenan dilakukan
dengan mengeringkan air kolam pelan-pelan hinga ikan berkumpul pada
titik yang dalam atau saluran kemalir. Kemudian ambil ikan dengan jaring
yang halus. Lakukan pengambilan ikan dengan hati-hati, karena benih
tersebut masih rentan apabila mengalami luka pada permukaan tubuhnya.
Tampung benih ikan dalam wadah yang telah diisi dengan air dari kolam
yang sama agar ikan tidak mengalami stres.
Hal terakhir namun penting dalam pembenihan ikan lele, adalah
menyiapkan pembeli bagi benih yang sudah siap panen. Karena apabila
waktu panen terlambat karena benih belum ada pembelinya, peternak harus
menanggung biaya pemeliharaan ekstra. Pada ujungnya, semakin lama panen
tertunda akan semakin tipis marjin yang akan diterima peternak.
Nani.....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTerima kasih kak :)
BalasHapusMasih panjang
BalasHapus👍
BalasHapus